Diskusi umum bertajuk “Konsolidasi Dunia Islam Menghadapi Radikalisme dan Terorisme” yang dimoderatori Yahya Cholil Staquf itu digelar saat menerima kunjungan delegasi Mesir. Sebelumnya, mereka mengunjungi kantor PBNU dan kantor redaksi harian Kompas. Mereka berharap besar kepada ormas Islam terbesar di Indonesia ini.
Dalam presentasinya di Aula TWI, Redaktur Senior Harian Al-Ahram Mohamed Aboelfadl Ahmed menyatakan, kelompok Islam di dunia manapun tidak semuanya mengabarkan Islam damai sebagaimana yang dilakukan NU dan Al-Azhar.
“Islam di Indonesia yang saya tahu mengedepankan kedamaian dan toleransi. Saya melihat Islam di negeri ini lebih Islam daripada Islam di dunia Arab itu sendiri," ujar Ahmed.
Ahmed berharap, Islam di Indonesia tetap istiqamah mempertahankan sikap positif tersebut. "Saya berharap Islam yang dikawal NU di sini terus mengedepankan toleransi. Semoga ada kerjasama antara Indonesia dengan Mesir, dalam hal ini, NU dan Al-Azhar, yang bisa dibangun untuk mengampanyekan Islam damai yang penuh toleran,” harapnya.
Ahmed menuturkan, Mesir sekarang ini menghadapi kelompok teroris yang menguasai perbatasan Rafah dan Gaza. “Ini sangat membahayakan bagi kami. Meski demikian, sekarang telah mampu dikondisikan berkat kerjasama berbagai pihak,” tandasnya.
Menurut Ahmed, penting sekali bagi Mesir untuk belajar Islam khas Indonesia yang penuh kedamaian dan kasih sayang. “Saya berharap pada waktu Muktamar NU nanti ada sesuatu yang konkrit, yakni bagaimana Islam yang sebenarnya dan penuh kedamaian ini bisa diketahui banyak orang. Semoga menghasilkan keputusan yang bisa memberi kontribusi bagi dunia Islam,” ujarnya.
Hadir dalam diskusi tersebut, Direktur TWI Zannuba Arifah Chafshoh alias Yenny Wahid, para peneliti TWI, Direktur Aliansi Indonesia Damai (AIDA) Hasibullah Satrawi, Dosen STAINU Jakarta Arif Zamhari, serta puluhan wartawan dan aktivis lintas organisasi. (Musthofa Asrori/Mahbib)
sumber nu.or.id