Kalau putrinya tahu nggak namanya? Dialah Durrah A.K.A Subai'ah bin Abi Lahab sepupu Nabi Saw. Seorang muallaf yang berani dengan terang-terangan menunjukkan keislamannya kepada kedua orang tuanya dan ikut berhijrah bersama Nabi Saw dan kaum muslimin ke Madinah.
SPBZ: "Oh! kamu yaa anak yang bapaknya dilaknat di surat tabbat?"
Durroh: "Iya, emang ada apa?
SPBZ: "Alaaah, ngapain kamu ikutan kesini, gak ada gunanya kamu ikutan hijrah, sana balik ke orang tuamu?
Durroh: "Hiks hiks hiks hiks hiks"
Gak terima dibully demikian, akhirnya Durroh melaporkan kejadian ini ke baginda Nabi Saw. Setelah dipersilahkan duduk di rumah beliau, nabi Saw beranjak shalat zuhur dengan jamaah. Setelah selesai salam, beliau berdiri dan berkata dalam keadaan sangat geram sekali:
"Kenapa sekelompok kaum menyakiti keluargaku dan nasabku (Durrah dan Abu Lahab)? Ingat wahai manusia, barangsiapa menyakiti mereka sama saja menyakitiku. Barangsiapa menyakitiku sama saja ia menyakiti Allah Swt".
Durrah berkata, Nabi Saw bersabda, "Orang yang hidup tidak boleh menyakiti (mencaci, menghina dll) orang yang sudah mati".
Pelajaran yang bisa diambil & kesimpulan:
1. Tidak boleh menghina seseorang akibat perlakuan buruk teman atau keluarganya.
2. Tidak boleh mengungkit keburukan orang muslim yang sudah meninggal, meskipun durhaka dan ahli maksiat
3. Tidak ada gunanya melaknat orang yang mati dalam keadaan kafir meskipun boleh.
4. Islam mengajarkan untuk tidak membully sesama saudara dan menjaga perasaan hatinya agar jangan sampai tersakiti dan sedih
5. Membela orang yang tersakiti dan menghiburnya adalah perbuatan yang dianjurkan dan berpahala.
NB: Kisah diatas bisa di cek langsung di Al Ishobah 8/127 karangan Ibn Hajar Al Atsqalani Rahimahullah. Sebagai amanat ilmiyyah, bahwa kisah diatas sanadnya dhoif (lemah). Namun, para ulama membolehkan meriwayatkan hadits dhoif untuk fadhailul amal dan cerita inspiratif. Meski demikian, pada poin pelajaran dan kesimpulan diperkokoh lagi dengan hadits lain yang sanadnya sahih.
Mohon koreksi bila ada kesalahan dan kekurangan
Salam damai, cinta & persaudaraan
Mochamad Ihsan Ufiq
Doha, 4 Agustus 2015