Tentu mudahnya masyarakat kita mempercayai orang-orang yang mengaku wali dan bahkan mengaku nabi tersebut, berangkat dari keawaman mereka terhadap ilmu agama. Dari sini, para ulama dan dai perlu memberikan informasi bagaimana sebenarnya derajat kenabian dan para nabi, agar masyarakat mengerti bahwa kenabian itu bukanlah derajat biasa yang bisa diklaim dan mudah diperoleh oleh siapa saja.
NABI MEMILIKI SIFAT WAJIB SECARA 'AQLI DAN SYAR'I
Secara aqli, para nabi harus memiliki sifat shidiq (kejujuran), amanah, tabligh (menyampaikan apa yang diwahyukan) dan fathanah (cerdas).
Sedangkan secara syar'iy, para nabi harus berupa manusia yang paling sempurna baik dari segi fisik seperti ketampanan maupun dari segi mental seperti akhlak dan budi pekerti. Seorang nabi juga harus orang-orang yang paling alim dan paling cerdas dibandingkan orang lain. Oleh karena itu tidak mungkin seorang nabi memiliki kepribadian buruk baik dalam segi fisik maupun mental. Tidak mungkin pula seorang nabi kalah dengan orang biasa dalam hal kesempurnaan fisik maupun mental. Para nabi adalah manusia pilihan baik dari segi fisik maupun budi pekerti.
Sebagai manusia pilihan, nasab seorang nabi harus baik. Karena itu tidak ada seorang nabi yang latar belakang orang tua dan leluhurnya dari seorang yang berperilaku keji seperti berbuat zina atau seorang pelacur.
Di sisi lain, kenabian tidak dapat dicapai dengan sistem warisan. Tidak pula diperoleh dengan usaha sungguh - sungguh dalam beribadah. Kenabian hanya diperoleh dengan anugerah dari Allah kepada orang-orang pilihan.
Perlu juga digarisbawahi, bahwa Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah penutup para nabi. Siapa pun yang mengaku nabi sesudah beliau pasti dia seorang pembohong, dan jauh dari kriteria sebagai nabi sebagaimana telah dijelaskan di atas. Wallahu a'lam.
Ust. Muhammad Idrus Ramli
Balikpapan, 20 Pebruari 2016
No comments
Post a Comment